Zakat hasil perdagangan adalah semua barang yang dijadikan
objek perdagangan terkena zakat jika sudah memenuhi nisab dan haul sesuai dengan ketentuan wajib zakat. Di zaman yang makin berkembang ini banyak kegiatan ekonomi yang memiliki potensi zakat. Peternakan ayam misalnya, jika dihitung pertahunnya bisa menghasilkan pendapatan yang telah memenuhi nishab zakat. Sayangnya sangat sedikit peternak yang melaksanakan pembayaran zakat dengan berbagai sebab yaitu masih awam tentang berapa zakat peternakan ayam potong tersebut yang harus dikeluarkan. Di Panyabungan Jae para pemilik usaha ayam potong masih bingung akan proses pengeluaran dan presentase perhitungan zakat dengan berbagai faktor yang melatar belakanginya. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1.) Bagaimana praktik pelaksanaan zakat perdagangan ayam potong di Desa Panyabungan Jae? 2.) Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktik pelaksanaan zakat perdagangan ayam potong di Desa Panyabungan Jae?Metode Penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah metode Kualitatif atau lapangan, yaitu: penelitian yang pengumpulan datanya di lapangan. Subjek pengujian dalam skripsi ini adalah para pemilik usaha ayam potong sebanyak 6 orang, masyarakat Panyabungan Jae yang terdiri dari Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat di Desa Panyabungan Jae. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa zakat yang diterapkan untuk usaha peternakan ayam potong adalah zakat harta perdagangan. Pelaksanaan pembayaran zakat harta perdagangan ayam potong di Desa Panyabungan Jae belum sesuai dengan Hukum Islam. Dikarenakan Pemilik peternakan ayam potong tidak menyerahkan zakat dan belum mengeluarkan kadar zakat hasil ternak ayam potong sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Melainkan pemilik peternakan hanya mengeluarkan zakat dengan perkiraannya saja sehingga masuk pada kategori sedekah biasa dan bukan zakat perdagangan.