Pemilik lahan dan pembuat batu bata melakukan kerja sama tidak tertulis melainkan dengan perkataan, kemudian pemilik lahan memberikan modal berupa lahan kosong miliknya untuk ditempati sebagai tempat pembuatan batu bata sedangkan pembuat memberi mengelola tempat tersebut untuk proses pembuatan batu bata dengan biaya sewa lahan dan ada juga yaang tidak membuat sewa lahan, bahan baku pembuatan batu bata dan biaya-biaya lain dari pembuat batu bata itu sendiri. Sedangkan pembagian hasil penjualan berdasarkan penjualan tetapi kerugian di tanggung oleh sipengelola.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana Proses akad Syirkah antara pemilik lahan dan pembuat batu bata di Desa Jambur Kec. Panyabungan Utara Kab. Mandailing Natal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan analisis data secara deskriptif dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder. Penulis melakukan wawancara dengan pihak pemilik lahan, pengelola batu bata, tokoh agama, perangkat desa, dan tokoh masyarakat sehingga diperoleh data yang kuat. Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research) adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik Dokumentasi, wawancara dan observasi. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitihan lapangan di Desa Jambur Kec. Panyabungan Utara Kab. Mandailing Natal, dengan menggunakan metode penelitihan observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengeloaan lahan batu bata di
di Desa Jambur Kec. Panyabungan Utara Kab. Mandailing Natal ditinjau menurut hukum islam belum sesuai dengan yang diharapkan meskipun sudah terjadi akad secara lisan akan tetap dalam perjanjian akad pihak pengelola yang dibuat menanggung kerugian.